About

Sabtu, 30 Juni 2012

Dirgahayu Polisi ke 66


Semalam, tanggal 30 juni, saya diundang untuk ikut tasyukuran di kantor polisi. Makananya enak, ada buah-buahan segar dan dapat berkat pula.

Saya diundang, bukan karena bupati, kepala kantor pemerintahaan atau tokoh masyarakat, tapi alasanya adalah karena rumah saya dekat dengan kantor polisi.

Iya, pertimbangan hanya sesederhana itu.

Dan itulah salah satu enaknya punya rumah di depan polres.

Tapi ada juga tidak enaknya.

Karena keesokan harinya, anggota polisi itu menggelar acara karaoke yang sangat kencang sekali.

Tapi eniwei, overall its ok

Dirgahayu polri, semoga semakin profesional dalam melayani dan mengayomi masyarakat.

Bravo.

Rasa Jus Yang Aneh


Monster besar berwarna hijau itu makin dekat mengejarku. Tangan besar gempalnya terjulur kasar meraih kerah bajuku, beruntung, lagi-lagi, aku bisa berkelit dan lari menghindar.

Tak sia-sia setiap hari kumakan biskuat hingga bisa berlari cepat dan sekuat macan. Coba kalo makan oreo, pasti monsternya malah akan kujilat, diputar dan dicelupin ( mohon jangan dibayangkan )

Ok, cukup ngacaunya, keadaan sedang tegang sekarang.

Tapi, dikejar monster? How come? Kok bisa sih

Kejadian ini tak lain dan tak bukan karena kegiatan sehari-hariku berbelanja buah di pasar.

I’ll tell you why,  n here’s the story

Jadi, waktu itu, buah alpukat, yang adalah buah favorit nomor satu pilihan konsumen, tiba-tiba tidak tersedia di pasar wonodri ( pasar tempat aku belanja buah sehari-hari ), karena itu aku mencari ke pasar lain, di peterongan ( letaknya tak jauh dari pasar wonodri ), sialnya, disana juga tidak ada.

Notes :
bagi anak undip pleburan, pasar wonodri pasti bukan tempat yang asing, kecuali setiap hari kerjaan anda hanya bikin tugas di kos, nongkrong nggk jelas di kampus dan nggk pernah nyopet, jualan sayur dan nyambi jadi tukang parkir di pasar.

FYI, inilah susahnya usaha jualan jus buah. Buah, apapun itu nama, jenis dan bentuknya, pasti mengenal musim, ada saatnya musim panen dimana ketersediaan buah melimpah tapi ada juga saat tiba-tiba keberadaanya langka di pasar, seperti yang terjadi sekarang ini.

“coba di johar mas”saran tukang buah langgananku saat melihat mimik muka kecewaku

“johar, kenapa tidak terpikirkan olehku, oke, saya akan ke johar”

Pasar terbesar di semarang itu tentu memiliki persediaan buah yang lebih beragam dan banyak. Hanya karena jarak yang lebih jauh, yang membuat saya malas pergi kesana.

OK, kita berangkat ke johar.

Sampai dilokasi, saya langsung menuju ke gang tempat para pedagang buah menggelar lapaknya. Dan sip. Buah yang saya cari ternyata ada. Buah yang mulus, bundar, besar dan menggoda iman ( yang saya maksud buah alpukat ya, tolong jangan berfikiran yang bukan-bukan )

Saya turun dari motor, menghampiri buah itu dengan tidak sabar lalu mengelus-elus, mencium dan mempencet-pencet buah nan ranum itu ( yang saya maksud masih buah alpukat ya, tolong jangan berfikiran yang bukan-bukan )

Seorang bapak-bapak tua berkumis tebal, berbentuk kurus kecil berwarna hitam, berkeringat, dadanya berbulu lebat dan berwajah kasihan, melirik tak bersahabat ke arahku. Saat aku melihatnya, hatiku jadi nestapa, bentuknya kok sama sepertiku ( dalam hati saya berdoa, oh, Tuhan, inikah gambaran diriku besok di masa tua )

Sebagai informasi, sebelum saya ke johar, desas desus mengatakan, banyak oknum pedagang yang tak ramah saat melayani pembeli.

Saya melihat ke pedagang menyedihkan di depanku ini dan saya tahu, salah satu oknum yang dimaksud pasti adalah mahluk sepertinya. Ia diam saja sama sekali tak tersenyum, padahal sedari tadi aku sudah tersenyum ramah kepadanya. ( senyum yang tulus ya, bukan senyum aneh karena efek mengelus-elus, mencium dan mempencet-pencet buah alpukat )

“berapa 1 kilonya pak?”tanyaku ramah, penuh kehangatan dan bersahabat
“15.000”jawabnya enteng, tanpa ekspresi
“whaaatttt!!!!”aku terperanjat kaget. Harganya tiga kali lipat lebih mahal dari harga yang biasa kubeli.
“kok mahal to pak”tanyaku mendelik, wajah ramahku segera berubah jadi jutek, ketularan wajah pedagang tua.
“memang lagi mahal”jawabnya acuh seolah tak peduli.
“mbok dikurangi”aku memohon.
Ia malah diam tak menjawab.
“bisa ya pak”aku merengek
Ia mengelus-elus buah ( maksudnya mungkin sok sibuk biar buah tampak mulus dan menarik, tentu saja masih mengacuhkan pertanyaanku )
“saya beli banyak kok pak”
( masih diam, masih mengelus-elus buah dengan santainya tampangnya tanpa ekspresi sungguh menjengkelkan sekali )

Bagi yang pernah berhadapan dengan pelayanan tingkat tengik oknum pedagang seperti ini, pasti tahu apa yang kurasa.

Lebih dari 365 kali dalam setahun saya pergi ke pasar, atau kalau dihitung minimal sehari sekali alias sering banget ( lebih sering saya pergi ke pasar daripada mandi dan gosok gigi tiap harinya ) dan baru kali ini menjumpai pelayanan yang buruk seperti ini.

Sebagai raja ( pembeli adalah raja kan ) saya langung naik darah. Saya gebrak meja, menyadarkan si pedagang tua kurus ini arti pentingnya melayani dengan ramah kepada calon pembeli, namun tiba-tiba, ia mendelik, wajahnya berubah jadi sangar lalu bangkit berdiri dari duduknya.

Dan sebuah pemandangan yang tampak di depan mata, membuat saya terbelalak, kaget tak pernah kuduga sebelumnya.

Di saat duduk, pedagang jelek ini memang tampak kecil, kurus dan menyedihkan, tapi saat bangkit berdiri, ia ternyata tinggi sekali, dan yang mengagetkan, mendadak tubuhnya berubah jadi berotot dan membesar ( jangan tanya bagaimana bisa, saya juga bingung ) kulitnya berubah jadi hijau, celananya sobek-sobek dan mendadak berubah jadi warna ungu. Padahal tadi sumpah aku lihatnya ia pakei sarung lo!!!

Kyaaa…..!!!!!!! jeritku nyaring, kaget sekali. Melihat oknum pedagang yang telah berubah jadi monster besar itu.

“Kau merusak hariku”katanya dengan suara berat, menunjuk ke arahku, yang tampak kecil berdiri di hadapanya.

Aku yang ketakutan, reflek berlari ke arah motor dan segera melaju kencang menjauh darinya.

Apakah aman? Tidak. Karena rupanya ia mengejarku, dan yang tak disangka-sangka, dengan tubuh sebesar itu, larinya ternyata cepat sekali.

Dum dum dum….suara langkah kakinya terdengar keras menggetarkan tanah, mengerikan sekali.

Saat kupikir aku sudah cukup jauh dari kejaranya, terhalang tiga gedung yang berdiri tinggi, mendadak dari tangan monster hijau itu, keluar jaring, dan ia segera bergelayutan meloncat ke arahku.

“Kyaaaa…………..”

“ini hulk, berkemampuan spiderman”teriakku histeris saat melihat monster hiaju berayun cepat ke arahku.

Aku terus melaju menghindar dan beruntung, jalanan sedang macet. Aku mengendari motor, dengan muah aku melenggak lenggok diantara banyaknya mobil yang terjebak macet hingga bisa melepaskan diri dari macet.

“haha, iapasti terjebak”kataku yakin karena dengan tubuhnya yang besar, monster itu pasti akan terhalang mobil-mobil yang berhenti karena macet.

Ternyata tak diduga tak disangka, tiba-tiba, dari atas kepala monster itu, muncul baling-baling bambu dan ia jadi bisa terbang melewati lautan mobil yang sedang terjebak macet.

Apa, ia bisa terbang ?!!! ( teriakku kaget, wajahku di zoom in, zoom out, sengaja agar menambah efek terkejut lebih dramatis )

Kini monster itu sudah mendarat, dan kembali ia berlari mengearku.

Kupacu laju kendaraan besiku lebih kencang agar tak terkejar,

Dan saat ia semakin mendekat, ia mencoba meraih kerah bajuku, untung dengan sigap aku mampu berkelit lagi.

Terimakasih biskuat.

Dan saat aku konsentrasi memacu cepat motor yang kutumpangi, kilatan-kilatan cepat berwarna hijau menyerang dari arah belakang. Kulihat dari spion, ia sedang memegang senjata dan peluru yang ia gunakan untuk menyerangku ternyata adalah…………..alpukat!!!!!!!!!

How come???? Gimana ceritanya alpukat bisa jadi peluru???? Jangan tanya ....tolong jangan tanya, saya sedang berusaha menghindar. Keadaan sedang tegang sekarang.

Saat ia semakin merangsek mendekat, aku mengambil paku dari saku bajuku ( ini juga jangan ditanya bagaimana paku bisa ada di saku bajuku ) lalu melemparnya ke belakang.

“rasain, senjata mautku”kataku tanpa menoleh, merasa yakin kaki monster itu pasti akan terkena ranjau buatanku

tak berhasil, ternyata kakinya terbuat dari ban tubeless.

Sial

Aku belum menyerah.

Kuraih tumpukan kayu yang tibtiba ada di pinggir jalan, dan kulempar ke belakang ke arahnya yang berlari kencang mengejarku.

“mampus kau monster alpukat”teriakku

tapi tiba-tiba, dari tanganya yang terkeal, tiba-tiba muncul tiga cakar tajam dan runcing, yang ia sabitkan ke tumpukan kayu yang berhamburan ke arahnya, hingga jadi potongan kecil sama sekali tak menggangu laju larinya

“whaaattttt???? Hulk berkemampuan spiderman berkepala doraemon dan bertangan wolverine????? Mahluk apa dia sebenarnya???? aku deg-degan, dibuatnya makin tak berdaya.

Kucoba strategi lain.

Kulempar obor api ke arahnya, tapi dengan tenangnya ia malah mengambilnya lalu menyulut ke rokok yang ada di mulutnya ( tolong jangan tanya bagimana ia bisa dapet rokok itu ya, ini sedang adegan menegangkan )

Laju motorku sepertinya dengan segera bisa ia tandingi, ia sudah berada tepat di belakangku.

Hingga kusadari, ternyata aku sudah tak jauh lagi dari kedai warungku.

Segera aku masuk ke kedai, berfikir cepat…..berfikir cepat…berfikir cepat….., berfikir gimana cara mengalahkan monster hijau alpukat aneh itu, hingga sebuah ide brilian pun muncul.

Blender.

Iya, blender lah senjata pamungkasku.

Saat monster hijau itu meloncat ke arahku, saat itu pula aku sodorkan ke hadapanya blender yang pisaunya sedang berputar kencang.

Wwwiirrr….wirr….wirr…… Aaarrrggghhhh……!!!!!!!!!!! dan monster hijau alpukat itupun berubah menjadi jus
( sangat tidak masuk akal sama sekali ya, tapi tolong jangan tanya, meski keadaan tak lagi tegang sekarang  )

Eniwei, seluruh penduduk kota pun bersorak sorai penuh kegembiraan saat monster itu akhirnya lenyap dari muka bumi.
( penduduk kota? )

Aku membuka kadai warung, mulai berjualan, dan hari ini, di saat harga alpukat sedang melambung tinggi, aku justru mendapat bahan baku pembuat jus alpukat yang gratis.
“jus ijonya ini jus alpukat ya mas?”tanya seorang konsumen setiaku.
“yup” jawabku tegas
“kenapa rasanya asem?”
“rasa baru”jawabku masih tegas ( padahal mana ada alpukat rasa asem, rasa itu timbul pasti gara-gara keringet berlebih si monster )
“tapi”kata pelangganku menghentikan seruputanya pada jus di hadapanya, saat menyadari sesuatu menyangkut di dalam mulutnya.
“kenapa jus nya kok ada bulunya mas”
Nah, untuk pertanyan itu, aku hanya diam saja. Aku tersenyum, tentu saja pertanyaan itu tak bisa kujawab dengan jujur.
( itu kayaknya bulu dada si monster ya, aku mencoba mengingat-ingat )

***