Monster besar berwarna
hijau itu makin dekat mengejarku. Tangan besar gempalnya terjulur kasar meraih
kerah bajuku, beruntung, lagi-lagi, aku bisa berkelit dan lari menghindar.
Tak sia-sia setiap hari kumakan
biskuat hingga bisa berlari cepat dan sekuat macan. Coba kalo makan oreo, pasti
monsternya malah akan kujilat, diputar dan dicelupin ( mohon jangan dibayangkan
)
Ok, cukup ngacaunya,
keadaan sedang tegang sekarang.
Tapi, dikejar monster? How
come? Kok bisa sih
Kejadian ini tak lain dan
tak bukan karena kegiatan sehari-hariku berbelanja buah di pasar.
I’ll tell you why, n here’s the story
Jadi, waktu itu, buah alpukat,
yang adalah buah favorit nomor satu pilihan konsumen, tiba-tiba tidak tersedia
di pasar wonodri ( pasar tempat aku belanja buah sehari-hari ), karena itu aku
mencari ke pasar lain, di peterongan ( letaknya tak jauh dari pasar wonodri ),
sialnya, disana juga tidak ada.
Notes :
bagi anak undip pleburan, pasar wonodri pasti bukan tempat yang asing,
kecuali setiap hari kerjaan anda hanya bikin tugas di kos, nongkrong nggk jelas
di kampus dan nggk pernah nyopet, jualan sayur dan nyambi jadi tukang parkir di
pasar.
FYI, inilah susahnya usaha jualan
jus buah. Buah, apapun itu nama, jenis dan bentuknya, pasti mengenal musim, ada
saatnya musim panen dimana ketersediaan buah melimpah tapi ada juga saat tiba-tiba
keberadaanya langka di pasar, seperti yang terjadi sekarang ini.
“coba di johar mas”saran tukang
buah langgananku saat melihat mimik muka kecewaku
“johar, kenapa tidak
terpikirkan olehku, oke, saya akan ke johar”
Pasar terbesar di semarang itu tentu memiliki persediaan
buah yang lebih beragam dan banyak. Hanya karena jarak yang lebih jauh, yang membuat
saya malas pergi kesana.
OK, kita berangkat ke
johar.
Sampai dilokasi, saya
langsung menuju ke gang tempat para pedagang buah menggelar lapaknya. Dan sip.
Buah yang saya cari ternyata ada. Buah yang mulus, bundar, besar dan menggoda iman
( yang saya maksud buah alpukat ya, tolong jangan berfikiran yang bukan-bukan )
Saya turun dari motor,
menghampiri buah itu dengan tidak sabar lalu mengelus-elus, mencium dan
mempencet-pencet buah nan ranum itu ( yang saya maksud masih buah alpukat ya,
tolong jangan berfikiran yang bukan-bukan )
Seorang bapak-bapak tua berkumis
tebal, berbentuk kurus kecil berwarna hitam, berkeringat, dadanya berbulu lebat
dan berwajah kasihan, melirik tak bersahabat ke arahku. Saat aku melihatnya,
hatiku jadi nestapa, bentuknya kok sama sepertiku ( dalam hati saya berdoa, oh,
Tuhan, inikah gambaran diriku besok di masa tua )
Sebagai informasi, sebelum
saya ke johar, desas desus mengatakan, banyak oknum pedagang yang tak ramah saat
melayani pembeli.
Saya melihat ke pedagang
menyedihkan di depanku ini dan saya tahu, salah satu oknum yang dimaksud pasti adalah
mahluk sepertinya. Ia diam saja sama sekali tak tersenyum, padahal sedari tadi
aku sudah tersenyum ramah kepadanya. ( senyum yang tulus ya, bukan senyum aneh
karena efek mengelus-elus, mencium dan mempencet-pencet buah alpukat )
“berapa 1 kilonya pak?”tanyaku
ramah, penuh kehangatan dan bersahabat
“15.000”jawabnya enteng,
tanpa ekspresi
“whaaatttt!!!!”aku
terperanjat kaget. Harganya tiga kali lipat lebih mahal dari harga yang biasa kubeli.
“kok mahal to pak”tanyaku
mendelik, wajah ramahku segera berubah jadi jutek, ketularan wajah pedagang tua.
“memang lagi mahal”jawabnya
acuh seolah tak peduli.
“mbok dikurangi”aku memohon.
Ia malah diam tak menjawab.
“bisa ya pak”aku merengek
Ia mengelus-elus buah (
maksudnya mungkin sok sibuk biar buah tampak mulus dan menarik, tentu saja masih
mengacuhkan pertanyaanku )
“saya beli banyak kok pak”
( masih diam, masih
mengelus-elus buah dengan santainya tampangnya tanpa ekspresi sungguh menjengkelkan
sekali )
Bagi yang pernah berhadapan
dengan pelayanan tingkat tengik oknum pedagang seperti ini, pasti tahu apa yang
kurasa.
Lebih dari 365 kali dalam
setahun saya pergi ke pasar, atau kalau dihitung minimal sehari sekali alias
sering banget ( lebih sering saya pergi ke pasar daripada mandi dan gosok gigi tiap
harinya ) dan baru kali ini menjumpai pelayanan yang buruk seperti ini.
Sebagai raja ( pembeli
adalah raja kan ) saya langung naik darah.
Saya gebrak meja, menyadarkan si pedagang tua kurus ini arti pentingnya melayani
dengan ramah kepada calon pembeli, namun tiba-tiba, ia mendelik, wajahnya
berubah jadi sangar lalu bangkit berdiri dari duduknya.
Dan sebuah pemandangan yang
tampak di depan mata, membuat saya terbelalak, kaget tak pernah kuduga sebelumnya.
Di saat duduk, pedagang
jelek ini memang tampak kecil, kurus dan menyedihkan, tapi saat bangkit
berdiri, ia ternyata tinggi sekali, dan yang mengagetkan, mendadak tubuhnya berubah
jadi berotot dan membesar ( jangan tanya bagaimana bisa, saya juga bingung )
kulitnya berubah jadi hijau, celananya sobek-sobek dan mendadak berubah jadi
warna ungu. Padahal tadi sumpah aku lihatnya ia pakei sarung lo!!!
Kyaaa…..!!!!!!! jeritku nyaring,
kaget sekali. Melihat oknum pedagang yang telah berubah jadi monster besar itu.
“Kau merusak hariku”katanya
dengan suara berat, menunjuk ke arahku, yang tampak kecil berdiri di hadapanya.
Aku yang ketakutan, reflek
berlari ke arah motor dan segera melaju kencang menjauh darinya.
Apakah aman? Tidak. Karena
rupanya ia mengejarku, dan yang tak disangka-sangka, dengan tubuh sebesar itu, larinya
ternyata cepat sekali.
Dum dum dum….suara langkah
kakinya terdengar keras menggetarkan tanah, mengerikan sekali.
Saat kupikir aku sudah cukup
jauh dari kejaranya, terhalang tiga gedung yang berdiri tinggi, mendadak dari
tangan monster hijau itu, keluar jaring, dan ia segera bergelayutan meloncat ke
arahku.
“Kyaaaa…………..”
“ini hulk, berkemampuan
spiderman”teriakku histeris saat melihat monster hiaju berayun cepat ke arahku.
Aku terus melaju menghindar
dan beruntung, jalanan sedang macet. Aku mengendari motor, dengan muah aku
melenggak lenggok diantara banyaknya mobil yang terjebak macet hingga bisa
melepaskan diri dari macet.
“haha, iapasti
terjebak”kataku yakin karena dengan tubuhnya yang besar, monster itu pasti akan
terhalang mobil-mobil yang berhenti karena macet.
Ternyata tak diduga tak
disangka, tiba-tiba, dari atas kepala monster itu, muncul baling-baling bambu
dan ia jadi bisa terbang melewati lautan mobil yang sedang terjebak macet.
Apa, ia bisa terbang ?!!! (
teriakku kaget, wajahku di zoom in, zoom out, sengaja agar menambah efek
terkejut lebih dramatis )
Kini monster itu sudah
mendarat, dan kembali ia berlari mengearku.
Kupacu laju kendaraan
besiku lebih kencang agar tak terkejar,
Dan saat ia semakin
mendekat, ia mencoba meraih kerah bajuku, untung dengan sigap aku mampu
berkelit lagi.
Terimakasih biskuat.
Dan saat aku konsentrasi
memacu cepat motor yang kutumpangi, kilatan-kilatan cepat berwarna hijau menyerang
dari arah belakang. Kulihat dari spion, ia sedang memegang senjata dan peluru
yang ia gunakan untuk menyerangku ternyata adalah…………..alpukat!!!!!!!!!
How come???? Gimana
ceritanya alpukat bisa jadi peluru???? Jangan tanya ....tolong jangan tanya,
saya sedang berusaha menghindar. Keadaan sedang tegang sekarang.
Saat ia semakin merangsek
mendekat, aku mengambil paku dari saku bajuku ( ini juga jangan ditanya
bagaimana paku bisa ada di saku bajuku ) lalu melemparnya ke belakang.
“rasain, senjata
mautku”kataku tanpa menoleh, merasa yakin kaki monster itu pasti akan terkena
ranjau buatanku
tak berhasil, ternyata
kakinya terbuat dari ban tubeless.
Sial
Aku belum menyerah.
Kuraih tumpukan kayu yang
tibtiba ada di pinggir jalan, dan kulempar ke belakang ke arahnya yang berlari
kencang mengejarku.
“mampus kau monster
alpukat”teriakku
tapi tiba-tiba, dari
tanganya yang terkeal, tiba-tiba muncul tiga cakar tajam dan runcing, yang ia
sabitkan ke tumpukan kayu yang berhamburan ke arahnya, hingga jadi potongan
kecil sama sekali tak menggangu laju larinya
“whaaattttt???? Hulk
berkemampuan spiderman berkepala doraemon dan bertangan wolverine????? Mahluk
apa dia sebenarnya???? aku deg-degan, dibuatnya makin tak berdaya.
Kucoba strategi lain.
Kulempar obor api ke
arahnya, tapi dengan tenangnya ia malah mengambilnya lalu menyulut ke rokok
yang ada di mulutnya ( tolong jangan tanya bagimana ia bisa dapet rokok itu ya,
ini sedang adegan menegangkan )
Laju motorku sepertinya
dengan segera bisa ia tandingi, ia sudah berada tepat di belakangku.
Hingga kusadari, ternyata
aku sudah tak jauh lagi dari kedai warungku.
Segera aku masuk ke kedai,
berfikir cepat…..berfikir cepat…berfikir cepat….., berfikir gimana cara
mengalahkan monster hijau alpukat aneh itu, hingga sebuah ide brilian pun
muncul.
Blender.
Iya, blender lah senjata
pamungkasku.
Saat monster hijau itu
meloncat ke arahku, saat itu pula aku sodorkan ke hadapanya blender yang pisaunya
sedang berputar kencang.
Wwwiirrr….wirr….wirr…… Aaarrrggghhhh……!!!!!!!!!!!
dan monster hijau alpukat itupun berubah menjadi jus
( sangat tidak masuk akal
sama sekali ya, tapi tolong jangan tanya, meski keadaan tak lagi tegang
sekarang )
Eniwei, seluruh penduduk kota pun bersorak sorai penuh
kegembiraan saat monster itu akhirnya lenyap dari muka bumi.
( penduduk kota? )
Aku membuka kadai warung,
mulai berjualan, dan hari ini, di saat harga alpukat sedang melambung tinggi,
aku justru mendapat bahan baku pembuat jus alpukat yang gratis.
“jus ijonya ini jus alpukat
ya mas?”tanya seorang konsumen setiaku.
“yup” jawabku tegas
“kenapa rasanya asem?”
“rasa baru”jawabku masih tegas
( padahal mana ada alpukat rasa asem, rasa itu timbul pasti gara-gara keringet
berlebih si monster )
“tapi”kata pelangganku
menghentikan seruputanya pada jus di hadapanya, saat menyadari sesuatu menyangkut
di dalam mulutnya.
“kenapa jus nya kok ada
bulunya mas”
Nah, untuk pertanyan itu,
aku hanya diam saja. Aku tersenyum, tentu saja pertanyaan itu tak bisa kujawab
dengan jujur.
( itu kayaknya bulu dada si
monster ya, aku mencoba mengingat-ingat )
***